DEKAPANMU KURINDUKAN
(TakutBerbagiHati)Created by: Thipluks Adinegoro
(List I)
Di tanah Lot inilah, awal mula kisah cinta Tiara “Rindu” bermula dengan Azi ...
Ya…, dua puluh lima tahun yang lalu…, Di tempat inilah saat Tiara “Rindu” sedang melaksanakan penelitian lapang, Azi pertama kali secara jantan meminangnya polos dan lugu. "Bagaimana kalau aku meminangmu disini..?, aku ingin kau tidak menolakku..?" kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
Tiara agak terkaget mendengarnya, karena ia tahu Azi belum bisa melupakan Zea begitu saja, dan seringkali Azi bercerita tentang keseriusan hubungan antara mereka.
Hingga tak terbayangkan kalau kalimat itu bakal muncul.
Tiara, tidak menjawabnya, perasaannya berkecamuk, campur aduk, antara keinginan menjawab atau tidak, untungnya Azi menyadari itu, lalu
"Aku tak ingin kau jawab sekarang, tetapi akan kutunggu apapun yang akan terjadi" lanjutnya
"Dalam waktu dekat, aku akan melamar pada orang tuamu, disitulah mungkin kamu harus pastikan tuk menjawabku"
Seeerr.., melayanglah perasaan Tiara..., 'ini berarti masih ada waktu untukku berpikir'tapi kalau toh harus menjawabnya saat itu, Tiarapun sudah siap untuk tidak menolaknya, hanya saja ternyata tidak.
'Pantesan dua hari sebelum aku pulang, tiba-tiba kau nongol dan ada di sini, Aku tak mungkin menolakmu sayang' bisik hati Tiara...
Sebulan kemudian Azi benar-benar datang ke orang tua Tiara bersama keluarga besarnya meminang kembali, resmilah mereka menjadi kekasih.
Sejak SMP, di lanjutkan ke SMA mereka selalu satu sekolan, bahkan saat kuliah di salah satu Universitas terkemuka di Cimanggis - Jakartapun demikian, hanya saja belum pernah satu jurusan, apa lagi satu kelas.
Azi di terima jurusan teknik mesin, sedangkan Tiara “Rindu” di jurusan Akuntansi. Rindu masih ingat betul masa-masa sebelumnya.
Setiap kali melihat wajah Azi, saat itu hati Rindu begitu bergetar, apalagi kalau disapa, rasanya jantungnya berhenti berdetak.
Kenangan yang masih membekas diantaranya adalah saat Rindu melihat pengumuman kelulusannya di Universitas tersebut, Ia terkaget ketika sedang asyiknya merunut hasil ujian yang tertempel di papan depan selatsar kampus, tiba-tiba terdengar suara yang Ia hafal betul, persis di belakangnya, bahkan terdengar di samping telinganya.
“Lulus gak Tiara …?” suara itu akrab betul di telinga tiara, terdengar dari belakang..
Jatungnya serasa Copot!,
Terhenti sejenak!,
Ia ragu dan bingung ... untuk menoleh, karena tahu suara siapa itu
“Ya Allah, Azi..?”.
Dengan sekuat tenaga Ia berusaha menenangkan diri dan mencoba menoleh sambil menjawab “Belum ketemu, mudah-mudahan lulus” mukanya memerah sejenak.
Kemudian memalingkan kembali mencari namanya…, takut rona merah mukanya makin menjadi.
“Kamu gimana” tanya Tiara agak gugup.
“Aku, dah ketemu di papan sebelah sana” jawab Azi datar.
Belum reda irama detak jantung yang berpacu itu, tiba-tiba..
“Sini aku cariin, nomermu berapa..?” Tangan Azi dengan lembut, menyentuh pundaknya. Perasaan Tiara makin tak menentu ...
Disebutnya kemudian, nomer tes dan namanya, gemetar tanganya ia rasakan saat meletakan kertas tes "Tanda tes masuk" di atas telapak tangan Azi.
Mata mereka sempat beradu, makin gemuruhlah jantung Tiara tak menentu…
“Ya Allah,
Azi!,
"Kuatkan aku Ya Rabb?, kenapa harus begini..?”, do’a Tiara di hati.
Kemudian Ia mundur beberapa langkah memberi jalan pada Azi tuk maju mencari nomer dan namanya.
Bau parfum yang lembut, sempat tercium dan terekam hidungnya, saat Azi melintas maju
Tiara tak peduli orang lainnya yang saat itu juga berjimbun.
‘Mimpi apa aku semalam Ya Allah, hingga pangeran hatiku di sini, saat ini?’, bisik hati Tiara.Tak berapa lama kemudian Azi menunjukan Nomer dan namanya, persis di depan muka Tiara tadi mencari
‘Kenapa Aku tak lihat tadi ya?',
'Grogi kali', pikirnya..?
'Huh dasar !'
Setelah Tiara lihat, dan menyimak, memang betul itu nama dan nomer tesnya.
"Betul?" Azi kembali bertanya.
Tiara mengagguk membenarkannya,
Setelah meyakini kebenaran itu, mereka kemudian beranjak dari situ, pergi.
Namun saat berjalan belum jauh, sambil ngobrol, tiba-tiba mereka dikejutkan kedatangan Zea (Zea ini pacar Azi sejak kelas 2 SMP)
“Zi, pulang yuk..?” rajuk Zea manja,
"Kita makan dulu ?!" lanjut Zea
Dada Tiara berguncang makin keras, antara kaget dan takut.
Tiara paham betul temperamentalnya Zea, karena Ia dulu pernah di labrak habis-habisan ‘saat kelas 3 SMP’, gara-gara Azi pinjam motor tiara untuk mengambil tugas yang tertinggal di rumah, dikiranya Tiara ada main dengan Azi, Tiara tak mampu berargumen sedikitpun untuk membela diri, saking gencarnya umpatan dari mulut Zea mengalir bagai air bah!,
Tudingan-tudingan yang diarahkan padanya begitu membahana, sambil mengacung-acungkankan telunjuk ke arah muka Tiara,
"Lu kan tau ......!"
"Lu harusnya .....!"
Saking kerasnya kalimat yang terlontar sampai teman-temannya yang sedang di dalam kelaspun menoleh, sebagian juga ada yang mendekat...
Blank ...! otak Tiara ..., Ia dibikin malu di depan teman-teman oleh Zea
Tiara hanya mampu merapatkan kedua telapak tangan ke mukanya, sambil menahan tangis dan kesedihan yang begitu dalam, tak dihiraukanya kalimat yang meluncur dari bibir judes itu, saat itu Tiara hanya berusaha mengendalikan emosinya.
Mendekapkan siku tangannya untuk bersabar.
Disitulah Tiara paham betul siapa Zea
'Perempuan Cantik'
'Berhati Rangas'
'Bermulut Pedas!'.
Rasa permusuhan berlarut hingga waktu yang lama.
Demi kebaikan Tiara sendiri, akhirnya Ia berusaha menghindar dari kedua orang tersebut, kebenciannya memang terasa betul menyekat di hatinya, dipenuhi tanya hati yang tak berkesudahan.
Bagaimana tidak!, Azi yang begitu baik pada hampir semua orang, tanpa melihat status, mempunyai cewek/perempuan yang begitu temperamental seperti Zea ‘hati kecil tiara tak rela, sebenarnya!’.
Perang itu baru berakhir di kelas 2 SMA, keduanya ‘Tiara dan Zea’ mulai bertegur sapa kembali.
Zea memang cantik, anak orang kaya, mungkin karena itulah yang membuat Zea merasa yang “paling segalanya”, dia mampu memenuhi apapun yang dikehendakinya.
"Eh kamu Tiara ... Dapet..?”
Plong hati Tiara..., karena yang ditakutkannya tidak terjadi, Ia hanya mengangguk.
Keduanya kemudian pergi, "Aku duluan ya.." Kata Azi, Zea melambaikan tangan saat keduanya beranjak pergi menjauh.
Selepas SMA, Zea kuliah dikota lain, Tiara justru satu kampus dengan Azi, namun menjelang semester ketiga, kata Azi tiba-tiba Zea menghilang begitu saja...
Bahkan Azi sang pacarnyapun tidak tahu, kemana Zea pindah beserta keluarganya
“Semua tanpa bekas!” ungkap Azi sedih, sewaktu ngobrol dengan Tiara di joglo kantin saat itu. Kepergian Zea yang tak diketahui rimbanya, sempat membuat Azi murung.
Namun sejak saat itu justru mereka berdua makin dekat.
Seringnya mereka bertemu, ngobrol di selang waktu akhirnya benih-benih cinta Tiara pada Azi makin besar, tapi tak berani ia mengungkapkannya.
Sehari tidak melihat Azi rasanya habis semua nafas, hanya saja sebagai perempuan dia tahu menempatkan diri, hingga kalau rasa kangen itu muncul, selalu dia cari akal bagaimana cara bisa ketemu dengan Zia.
Bila gunung Rindu di hatinya menggunung, dia berusaha mencari cara bagaimana bisa ngobrol dengan Zia....
to be continue .....