Tarian "REAK" Khas Daerah Jatinangor - Sumedang
Oleh : thipluks adinegoro
Tanah air kita, memang memiliki berbagai kebudayaan, adat istiadat dan bermacam-macam suku yang sangat banyak dan kaya, bangsa ini memang pantas di sebut "Nagari Gemah Ripah, Loh Jinawi", yang artinya kurang lebih adalah "Negara yang kaya raya dengan berbagai kandungan alam yang ada". Ibarat "Tanam tongkatpun akan tumbuh subur, tanpa harus mengurusnya". Wah kalau kita simak emang di Tanah air kita ini harusnya tidak ada masyarakat yang miskin, apalagi ada di bawah garis kemiskinan (garis kemiskinan ini warnanya merah jahat kali ye). Tapi jangan salah ada juga orang yang kaya karena memanfaatkan kesempatan dengan menjual kemiskinan. Tidak semua memang, terlepas dari itu. Bangsa ini memang sangat membutuhkan seorang pemimpin yang "Handarbeni", Pemimpin yang benar-benar mau dengan ikhlas mengurusi negeri tanpa pamrih pribadi (Kayaknya makin jarang, red.). Pemimpin seperti apa ya ?. Perlukah kita bicara tentang pemimpin yang seperti itu ?. Ah saya rasa gak usahlah, mari kita berbagi sedikit tentang budaya negeri kita yang tersebar di berbagai penjuru daerah, termasuk keseniannya yang unik, kata teman saya dalam dialek melayu "Your country is the true dreaming island, everything is oke !", gak tahu apa maksud dari ucapannya. Yah, negeri kita memang menyimpan berjuta suka dan duka termasuk kekayaannya, namun kekayaan warisan nenek moyang leluhur kita sepertinya lambat laun makin jauh dari pola hidup masyarakat. Bahkan seringkali ada kelompok masyarakan yang masih menghargai ini sering kali ditolak dengan kalimat "Ah itu, Primordialisme masyarakat", gak tahu apa maksudnya. Dari sekian kesenian, salah satu kesenian yang ada disatu daerah di jatinangor, Sumedang, masih terdapat kesenian daerah yang masih digandrungi masyarakat setempat, yaitu ; kesenian olah tubuh, dimana kalau kita amati gerakan-gerakannya yang diiringi dengan tetabuhan (beberapa alat gamelan dan perkusi) ini, sarat dengan jurus silat atau gerakan beladiri lainnya, masyarakat tatar sunda menyebutnya sebagai "Tari Reak", tarian jenis ini di beberapa daerah sebenarnya juga ada, hanya istilahnya memang sangat beragam nama, Di banten semacam "Debus", di Jawa tengah "Tari Reak" menyebutnya sebagai tarian Ebeg (Kuda kepang), Jatilan, Kuda lumping, Sintren, dan .... wuaaaah banyak lagi istilah lain dari kesenian semacam tari Reak ini disebut.
Terlepas dari apa nama asli dari tari ini, sudah seharusnya bangsa ini melestarikannya. Karena kalau tidak ada yang mau melestarikan jenis tari ini, bukan tidak mungkin warisan seni ini, akan hilang ditelan tari "Salsa, Tanggo, atau tari modern lainnya", ini semua adalah kesenian luar negeri.
Yang jadi pertanyaan saya kemudian :
Kenapa, tarian kita kurang diminati oleh masyarakat sendiri ?. Banyak orang sulit menjawabnya memang, kali juga kita.
Kata teman saya Tarian Tradisional Indonesia kurang diminati, karena tidak ditata secara profesional, baik kemasan, konsep penyajiannya, bahkan dukungan teknologi. Maka hasilnyapun tidak profesional.
Prefesional seperti apa sih ?. Wuuuuuaaaahhhhh ..... biar saja para seniman dan instnasi terkait untuk memikirkannya lebih jauh, bagaimana semua ini bisa di kembangkan dalam konsep tarian daerah yang lebih diminati di negeri sendiri.
Semoga, Hidup Seniman !
thipluks@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar