MENDEKAP SANG SAAT
Created by : Thipluks Adinegoro
Rembulan kemayu di celah bukit tua memancar syahdu
Mewarnai malam pekat bertabur bintang tiarap
Hingga ku teringat engkau, pada waktu dan saat yang singkat
Malam telah mewakili musafir bersuka, mencari tempat terhangat
Yang cahayanya tak membias, dan ...
Sinarnya hinggap di pipi berbentuk kupu-kupu menuju hatiku
Aku makin tengadah, gairahku membuncah,
Maka kulepas panah dari busur hatiku
Agar rembulan dan bintang gemintang runtuh “hanggatkan jiwa yang bergelora”
Suara detik mulai mengelitik, mengikuti irama alam dan
Malam makin menggila, setelah kau oles bibirku dengan sebilah ciuman “Makin Panas”
Merinding menyelimuti sekujur tubuh,
Sekuntum melati kau tancapkan pada naluri
Aku melayang …
Ke seluruh penjuru mata angin “Mengawang… terbang…”
Hingga …
Aku tergoda ... untuk menahan suasana malam renyam, agar tak bergerak, beranjak..?!
Tapi bagaimana..?
Haruskah kujerat dan kuikat, bintang rembulan agar tak terseret orbitnya..?
Agar tak menyisih dari tempatnya…?
Agar tak bergeming dari condongnya…?
Agar tak pergi pada waktunya…?
Agar lebih banyak kesempatanku merangkaikan bintang-bintang, seperti bulir-bulir mutiara yang membentuk giwang
Sesaat kuterdiam... menahan kerinduan pada puncak keinginan...
Kau oles kembali bibirku dengan derap nafas yang menggebu...
Merindinglah semua buluh perinduku...
Membelenggu nadi tubuhku, yang makin terburu...
Kupeluk dan kulekat makin rapat erat
Dan …
Ku biarkan tatapan rembulan kemayu dan bintang jalang di celah bukit, menghilang
Karena ku tak kuasa menahan...
Lalu, kupilih mendekap sang saat, dimalam yang terkenang
Jazzy "Nangor" 18 Juni 2010
Created by : Thipluks Adinegoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar