Kamis, 17 Juli 2008

HATI-ku (Hati seorang Ayah)


HATI-ku (hati seorang ayah)
Oleh : thipluks adinegoro


Seorang anak perempuan yang beranjak dewasa (Fla) sedang bersantai sambil membaca buku kumpulan cerita kesayangannya di beranda. Halaman demi halaman Ia simak dengan teliti. Ia memang sangat suka membaca kumpulan cerita, karena dari situlah seringkali Ia banyak mendapat hal-hal baru yang original dengan membaca buku-buku semacam itu, Ia bisa belajar bagaimana tentang hidup yang berguna bagi banyak orang juga bagi dirinya. Satu cerita yang paling menarik baginya dalam buku itu adalah sosok seorang bapak yang dalam buku itu diceritakan, sang bapak adalah seorang kepala sekolah di Jakarta, yang kalau dikampung jabatan seperti ini sangat dihormati, lain dengan di Jakarta ini, sebagai seorang kepala sekolah Ia tidak pernah hanyut dengan jabatannya atau menggunakannya untuk kepentingan pribadi, beliau harus berjuang menghadapi kenyataan bahwa menghadapi kebutuhan sehari-harinya di kota besar harus kuat dan tekun, makanya beliua berjuang lebih keras dengan menjadi pemulung, banyak orang mencibirnya, tapi ditepisnya dengan kata yang sederthana oleh bapak itu "Biar apa kata mereka, ini pekerjaan yang halal, dan barokah menurut saya". begitu kilahnya, kalau dilihat fotonya tak terlintas ada kekesalan terpancar dari rautnya.

Hampir satu jam lebih Fla baca buku itu, saking asyiknya Ia terkejut ketika melihat ayahnya keluar dari dalam rumah membawa peralatan kebun, dipandanginya sang ayahnda yang mulai membersihkan rumput-rumput disekitar rumah. Gerakan-demi-gerakan ayahnya tak luput dari pandangan, keringatnyapun mulai membasahi kaos oblong kumuh yang dikenakan.
Semakin lama, langkah sang ayah berada tak jauh darinya sehingga Ia bisa melihat dengan jelas guratan raut wajah yang mulai berkerut dengan badan yang terbungkuk-bungkuk, disertai batuk kecil.

Dengan sedikit keraguan Fla bertanya pada ayahnya “Ayah , mengapa wajah ayah kian hari kian berkerut dan badan ayahpun kian terbungkuk?" kata Fla sang anak.
Ayahnya menjawab "Sebab aku Laki-laki Ndo." Itulah jawabanya, singkat sembari mengayunkan cangkul menggali lobang kecil yang hendak ditanami bunga mawar kesukaan ibu Fla.

"Maksud ayah" kata Fla kembali bertanya lirih "Aku tidak mengerti ayah." lanjutnya sambil mengerutkan kening. Jawaban pendek ayahnya memang susah dicerna, dan membuatnya makin penasaran.
Ayahnya hanya tersenyum, lalu mendekati dirinya dan dibelainya rambut hitam panjangnya, lalu diusap bahunya berkali-kali, kemudian suara ayahnya kembali terucap pelan, "Nak, kamu memang belum mengerti betul tentang laki-laki, dan hidup sebenarnya, tapi kamu harus mulai belajar, se-awal mungkin” demikian bisik ayahnya, anak perempuan itu tambah kebingungan.

Fla terbengong matanya kosong, karena penasaran anak perempuan itu beranjak dari kursinya dan menghampiri Ibunya yang sedang didapur memasak, lalu bertanya "Bunda mengapa wajah ayahnda kian hari menjadi makin berkerut, banyak bintik kecoklatan di wajahnya dan badannyapun kian terbungkuk dan batuk-batuk?, tetapi sepertinya ayah tidak pernah mengeluhkan rasa sakit?"
Ibunya menimpalinya "Fla.. Anakku sayang, seorang laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian, seperti Ayahmu itu." Hanya itu jawaban sang bunda tenang.

Fla kebingungan juga mendapat jawaban seperti itu. Sekali lagi jawaban ibunya tetap tidak bisa memuaskan apa berkecamuk dalam pikiran dan hatinya. Fla yang mulai tumbuh megarah dewasa berusaha berpikir keras, tapi tetap juga masih belum bisa memahami dan tetap saja penasaran. Hingga pada suatu malam, Fla.., anak perempuan itu bermimpi. Di dalam mimpinya, seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali, dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata adalah suatu rangkaian kalimat yang menjadi sedang Ia cari selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya agar Ia mampu menjadi pemimpin keluarga, dan sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, sehingga dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi."
"Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya, serta kegagahannya harus cukup kuat untuk melindungi seluruh keluarganya."
"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari kebutuhan yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan."
"Kuberikan Keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, mengatur waktu agar demi keluarga dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."
"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun setiap perjalanannya keletihan dan kesakitan kerap menderanya. "
"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai danmengasihi keluarganya, didalam kondisi, situasi apapun juga, walau tidak jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan mengasihi sesama saudara."
"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani bersama-sama menghadapi perjalanannya baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi."
"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa telah berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "
"Ku-berikan Kepada Laki-laki batuk (rasa sakit) agar tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, tidak harus mengorbankan dirinya dengan membabi-buta. Karena bagaimanapun beratnya, dia harus juga beristirahat.”
"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia dan Akhirat."

Terbangunlah Fla anak perempuan itu dari tidurnya, dan Ia segera bergegas berlari, berlutut dan berdoa, tak terasa airmatanya menetes dari sudut tanpa Ia sadari. Perasaannya campur aduk, hingga menjelang subuh. Ia baru tersadar ketika langkah kaki seorang tetangganya yang biasa lewat disisi rumahnya terdengar, Fla lalu beranjak mencari dan menghampiri Ayahnya yang sedang Sholat dan berdo’a khusuk, dipandanginya gerakan ayahnya mulai terasa lamban dalam Sholatnya, Perasaanya berkecamuk tak menentu, ketika Ayahnya usai melakukan Sholat lalu berdiri, dengan kekuatan hati Fla merengkuh dan menciumi telapak tangan ayahnya bertubi-tubi sambil sesenggukan menahan tangis hati. "Maafkan aku ayah, atas apa yang yang aku katakan kemarin sore, sekarang aku bisa merasakan bebanmu ayah, dunia ini memang memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Allah memang begitu agung, tetapi tak-satu-pun yang dapat menandingiNya.
Fla tersimpuh ”Ampuni segala apa yang pernah aku langgar, segala hal yang buruk. Beri Aku lebih hal-hal yang bisa menjadi aku lebih baik Ayah.”, diciuminya telapak tangan Ayahnya berkali-kali sambil membungkuk, Ia teringat betapa seringkali Ia tidak menanggapi apa kata Ayahandanya ketika sedang menasehati. Ayahnya diam, hanya tetes air mata yang mulai menetes membasahi tangan Fla. Hati Fla makin gundah tak menentu...... ”Tidak apa Ndo, anakku" Suara ayahnya pelan tapi mengandung kekuatan batin yang begitu kuat di telinga Fla, lalu lanjutnya "Hidup memang tidak mudah Ndo, karena kalau hanya sekedar kamu ingin jadi orang terkenal, itu baik dan gampang, tetapi menjadi orang baik itulah yang susah Nak?, Sudahlah sekarang bangun, segera mandi dan lakukan apa yang harus kamu lakukan.”

Plong rasanya ketika Fla mendengar suara Ayahnya yang begitu bijak, tidak menilai, bahkan terkesan mengijinkan apa yang ingin Fla cita-citakan.
Dengan sedikit gontai Fla kemudian berdiri dan beranjak dari tempat Ia tersimpuh, tanpa berani memadang ayahnya yang mungkin saja matanya lembab menahan sesak tangis di dadanya. Ia masuk kamar kembali dan diambilnya spidol lalu ia tulis di kertas besar-besar dan di tempelkannya di soft-board tempat dimana Ia selalu menempelkan tulisan-tulisannya.


”I Love You Father, I Love You Mother, You All My Hero!"
With love, Fla ........


thipluks@yahoo.com

Tidak ada komentar:

albaso.blogspot.com

Sedikit berbagi dan bercekerama, tidak ada maksud mendiskreditkan siapapun. Dengan tulus saya mohon maaf, jika ada kalimat yang dapat menyinggung pembaca.

Hormat saya
albaso

INDONESIA JAYA

INDONESIA JAYA
Indonesian Flag