DIA MENGUMPAT
Created by : Thipluks Adinegoro
Dia, tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan, kebekuan jiwanya benar-benar membikin galau hati belum juga bermuara, rambut panjangnya yang sekarang sudah tertutup rapatpun hampir Dia lupa.
Rasanya semua menjadi sia-sia!.
Kuku di jari tangan yang selalu terawat begitu indah dan lembut, mulai ia benci!.
Betis indah yang dulu kau pujapun kini Ia maki seenaknya.
Dia masih ingat hari-hari yang tlah dijalaninya, dan terakhir kemarin. Dia masih rutin merawat semua itu.
Demi engkau!
Hanya untuk engkau!
Yang terpatri dijantung hati!
Yang terpahat di setiap nadi!
Engkaulah Sang Raja Bermahkota “Desir jiwa!”.
Namun sekarang tinggal pengharapan yang tak pernah berujung!
Dia tak lagi peduli atas harap yang bisa saja menjelma nyata.
Di hentaknya dengan keras, lantai yang dia pijak secara berulang dengan penuh kegeraman hati yang memuncak.
Salah apa?.
Kurang apa?.
Harus bagaimana?.
“Huuuuh!”
Napasnya mengeluh sesak, jantung di dadanya berdegub kencang, menahan gejolak amarah!, namun tak kuasa berontak!.
Diraihnya photo yang tertempel di dinding, di bantingnya keras hingga berkeping.
Bruak!.
Cringsss!
Photo dalam bingkai itu terhempas beberapa depa, dan kaca-kacanya bertebaran.
Aku marah karena engkau!.
Aku benci karena engkau!.
Tapi aku tak berdaya karena engkau!.
Jarinya yang tadinya menunjuk photo begitu tegar, bergetar penuh marah, secara perlahan mulai melemah, ketika kalimat terakhir terucap.
Ya!
Aku tak berdaya karena engkau!.
Photo itu tetap bertengger ditempatnya “tak lepas dari bingkainya”
Kaca berserakan, salah satunya terinjak dan menanacap di alas kaki.
Untungnya alas kaki itu urung dilepasnya tadi.
Ia begitu susah meredam kekesalan hatinya, senyum photo itu “tetap tersungging mesra berdua”, hingga kekesalannya tak juga surut.
Dia berharap photo itu marah, paling tidak bicara, dan menjawab kekesalannya, namun diam.
Ya!,
Engkau!. Tangan Dia menunjuk
Kenapa bukan pada yang lain?.
Kenapa harus mencintai kamu?.
Kenapa harus menyayangi kamu?.
Lihat!.
Tubuhku ini!.
Yang saat ini tak terbungkus sehelai kainpun, selalu kurawat, karena kelak itu hanya untuk Engkau!.
Tapi kenapa?.
Padahal hanya dirimulah yang membuatku tenang!.
Kau nyanyian hatiku yang menyimpan seluruh rinduku!.
Kau adalah nafasku yang selalu ku hela panjang!.
Namun,
Semua tak bisa dimengerti?!.
Semua tak bisa dipahami?!.
Oh, Kau!, Tanpamu, waktu rasanya terhenti .
Senandung lirih terdengar dari rumah sebelah,
Dahulu kau mencintaiku ...
Dahulu kau menginginkanku,
Meskipun tak pernah ada jawabku.....
Tak berniat kau tinggalkan aku
Sekarang kau pergi menjauh…
Sekarang kau tinggalkanku .......,
Disaat ku mulai mengharapkanmu
Dan ku mohon, maafkan aku ......
Aku menyesal tlah membuatmu menangis
Dan biarkan memilih yang lain .........
Tapi jangan pernah kau dustai hatimu …
Pasti itu terbaik untukmu ….
Kurang ajar!, itu suara tetangga sebelah!.
Lu tahu kagak?!. ucapnya sambil menggedor tembok dinding rumahnya
Saat ini, aku tak ingin dengar lagu itu?!
Saat ini, aku sedang menyesal?!
Saat ini aku merasa telah terdustai?!
Suaranya yang keras dan nyaring hanya Ia dengar sendiri, karena memang Ia sendiri,
Lalu lanjutnya, "yang tertinggal di dada ini hanya setangkai Cinta yang susah kumiliki!.
Atau bahkan mungkin, “TAK TERMILIKI”
Kulihat diriku, kubaca hatiku
Tiada yang lain yang tersirat …
Kulihat dirimu ….
Kau tak sendiri, masih bolehkah harap ini …
Engkau datang … salahkah ku merasa tak ada daya
Engkau ada … saat ku tak mungkin ada di sana
Engkau datang … saat diri ini tak ingin pergi
Engkau ada … dengan setangkai cinta tak termiliki
Lagu kedua tetap terus terdengar dari rumah sebelah!?
Dia hanya pasrah, mengumpat tiada habisnya ......
Created by : Thipluks Adinegoro
Jazzy "Nangor" 09 maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar