Selasa, 14 April 2009

Dua menit lalu

Dua menit lalu

Yaa... dua menit lalu aku menatap lekat semangkok Mie Instant teman sejawat yang sedang melahapnya untuk sarapan pagi dengan nikmat, duh segitunya kenikmatan bisa kurasakan dari kesaksian mataku (pemberian nikmat dari Allah SWT) yang terasa masih ngantuk, karena subuh tadi kehujanan gara-gara mencari sesuap nasi di pasar tradisional, yang juga merupakan salah satu tempatku bercengkerama dan bercerita dengan orang-orang pasar, tentang centang prenangnya negeri kita tercinta ini, termasuk PEMILU yang seabreg Partai, Caleg dan Kursi yang diperebutkan. dan berbagai kemungkinan suksesi PEMILU Presiden dan Waki Presiden, tentang betapa susahnya ekonomi dikalangan masyarakat kecil yang terasa terseok-seok mereka jalani ketika mencarinya. Memang beras mudah terlihat tetapi kemampuan daya beli mereka terbatas, belum lagi tuntutan untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Gratis sekolah.... katanya..? tapi tetap aja ada pungutan. Apakah ini sebuah kemakmuran negeri...? Dulu mereka makan nasi minimal dua kali sehari dengan lauk yang cukup sehat, sekarang mereka seringkali harus Spending money untuk menyiasati keperluan lain, dan alternatifnya tentu megurangi kualitas makan.
Cerita dan keluh kesah mereka memang susah terdengar oleh para anggota dewan, karena memang sejatinya anggota dewan yang datang ke pasar hanya segelintir, itupun ketika mereka dalam proses pencalonan, selebihnya mereka lebih suka ke Pasar modern. Bagaiman mereka bisa merakyat, apalagi memahami konsep ekonomi kerakyatan, wong kalau belanja saja ke Pasar modern yang ada trolinya. Sementara di Pasar tradisional, paling banter Tas Keresek Hitam, lantai becek, bau kurang sedap. Gak mungkin mereka "Sang Caleg" setelah jadi "Anleg" mau ke pasar tradisional lagi. Mimpi kali tuh ..... kalau mau ke pasar seperti ini, ucap mereka dengan Rokok lintingan "Rokok buatan sendiri".
Berbagai omongan miring, Omongan pesimis selalu terdengar hampir setiap hari ketika Aku berada di dalam komunitas mereka di pasar. Ini memang benar adanya.

Kembali menyimak Sarapan Pagi teman sejawat, helai demi halai Dia ambil mie yang ada di mangkok dengan sumpitnya, Ya ... diantara makan pagi yang Ia suka memang Mie instant, Aku sendiri sebenarnya juga menyukainya, hanya saja tidak sesering dan senikmat kalau Ia melahapnya, Seruputan kuah yang Ia nikmatipun begitu menggetarkan. Jangan-jangan emang enak ya pikirku.... Kutatap makin seksama, wah semakin nikmat rasanya hingga air kuah terakhir yang Ia teguk. Ya di pojok belakang tempat berkumpul saat di kantor, Lue pasti tahu deh dimana itu tempat. Ditaruhnya mangkok yang sudah habis itu ke atas meja, "Ueeenaaaak......!" katanya sambil tersenyum, Aku penasaran kucari pembuat Mie itu kesana-kemari, eh ternyata si pembuat Mie ini sedang keluar, entah sedang mencari apa. Kutunggu setengah jam berlalu....,
Wah hampir satu jam setengah ternyata Dia keluar, ruang yang tadinya penuhpun sudah kembali kosong, tak seorangpun di situ.
Dua jam kemudian, barulah Dia datang, segera kusamperin, dikeluarkannya isi satu tas keresek besar berisi belanjaan, dan dimasukkannya kedalam lemari dimana Ia selalu menyimpan dagangannya, setelah selesai, Dia duduk, baru aku memesannya mie sejenis yang tadi disantap temanku.
"Kang kalau gak sibuk, boleh aku bikinkan Mie Rebus yang banyak kuahnya ya...",
Apa jawabnya ....?
Waduh lupa beli mie tadi ....., soalnya uangnya gak cukup...?
He he he ......, Dengan berbesar hati pagi ini aku tak jadi sarapan, tapi syukur aku bisa menyisihkan pengeluaran pagi ini untuk yang di rumah.
Terimakasih ya Allah, Engkau pemberi segala nikmat.
Subahanallah....!, ya gofar...!, Amien.
Dua menit lalu berharap...,
memanjang menjadi dua jam,
itupun gak tercapai juga ..
he he he .........
Makasih teman.


Created by:

thipluks adinegoro
http://www.albaso.blogspot.com


Tidak ada komentar:

albaso.blogspot.com

Sedikit berbagi dan bercekerama, tidak ada maksud mendiskreditkan siapapun. Dengan tulus saya mohon maaf, jika ada kalimat yang dapat menyinggung pembaca.

Hormat saya
albaso

INDONESIA JAYA

INDONESIA JAYA
Indonesian Flag