BANDA ACEH – KRUENG RABBA
Created by : Thipluks Adinegoro
Sudah berapa langkah jejakku terlampaui …
Banda Aceh - Krueng Rabba ….
Perjalanan ini terasa sangat melelahkan …
Karna …
Masih kulihat wajah-wajah pengungsi hanya memancar rasa Iba ….
Masih kulihat jiwa-jiwa pengungsi terserak tak mampu mengungkap lara ….
Sungguh … mengharu biru … jiwaku terpaku.
Bedeng-bedeng dan rumah bantuan tak sebesar apa yang digembar-gemborkan
“Rumah ini Anti Gempa”, “Anti Tsunami”, mereka menyuarakannya begitu keras
Nyatanya … “buat apa semua harus menggunakan kata Anti”
Karena itu semua tidak menjawab perut pengungsi yang tidak “Anti Lapar” hingga kini…
Aku bertanya pada “Ibu Pertiwi” yang kemudian kusebut "Bunda…”
Tanah Bagian negeri ini masih terabaikan …
Serambi mekah yang megah, ternyata menjadi sarang tuan-tuan serakah
Yang datang atas nama Kemanusiaan, nyatanya … belum terasa benar bagi mereka
Yang datang atas nama Belas kasihan, nyatanya … belum terambah benar bagi mereka
Yang datang atas nama Cinta, nyatanya … tidak semuanya bersambut bagi mereka
Hanya satu gelar yang disandang “mereka sang pengungsi”
Aku bertanya pada “Ibu Pertiwi” yang kemudian kusebut "Bunda…”
Mengapa engkau bawa aku dalam perjalanan meletihkan ini
Menyusuri tanah rencong yang pecah, bekas jejak tsunami
Menjauh dari keramaian kota, menyaksikan rumah yang tergusur dari tempatnya semula
Menyaksikan kapal mewah yang tergulung 4 kilometer ke darat …
Menyaksikan jiwa-jiwa yang sulit aku ceritakan dengan kalimat bahagia “karena kesedihan panjang yang terlihat”
Tiba-tiba “Bunda” menarik lenganku begitu kuat untuk beranjak, lalu berkata ..
"Nanda…
Kau lihat mereka yang disana, pilihan tak lagi mereka punya, hanya harapan, itupun tinggal sedikit yang tersisa
"Nanda…
Kau lihat kampung itu dulu bercahaya, jika malam terdengar gelitik suara manja dan desah gelora gairah
"Nanda….
Kau lihat sang bapak itu yang terpaku memandangi tanah bekas rumahnya,
Ia telah kehilangan seluruh keluarganya…, dan sekarang menahan sakit dan rasa rindu atas kehilangan semuanya
Tangan Bunda makin erat menggenggam…
Mudah-mudahan masih ada sisa semangat buat mereka…
Aku terus berjalan mengikuti kata hati dan Bunda ..
Perjalanan ini memang tidak mudah bagiku, apalagi bagi teman dan saudara-saudaraku di sini
Bencana tanah negeri ini belum berakhir …
Aku ingin tetap terus merajut renda-renda kehidupan disisi kalian ………
Walau Jejak tsunami mulai memudar ……
Masih tersisa tanyaku untukmu wahai Bunda …
Sudikah engkau bangunkan jiwaku, jiwa mereka dan jiwa-jiwa yang terhempas duka …?
Kurasa itu akan terjawab dalam perjalanan waktu nanti … dan ... aku akan bertanya pada mereka
Peu Hab….?!
Love You All ...
Created by : Thipluks Adinegoro
Banda Aceh, 24 Pebruari 2009
Republish, 24 Pebruari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar