Love & Red Onion (Cinta dan Bawang Merah)
Created by : Thipluks Adinegoro
Terang mulai meredup …..
Cahaya hari berganti warna
Cerahnya mulai surut …..
Tadinya merah senja menjadi jingga merona …
Aki “thipluks” yang seharian lelah membajak ladang, menyeka keringat dan debu sekujur tubuhnya
Kerut disekitar dahi dan wajah terlihat jelas tergurat, membentang garis panjang bagai pedang lelahnya
Pandangan matanya berbinar menyapu ladang garapan yang mulai bersemai
Bibirnya bergumam, tapi tak tersirat apa yang diungkap ...
Dalam hatinya bersyukur ”mudah-mudahan panen kali ini memberikan kesempatan istirahat yang banyak buatku dan menikmati apa yang didapat, untuk disyukuri …”
Dadanya membusung, Ia bangga … sawah yang Ia sewa dari simpanan yang tersisa, ternyata memberikan harapan dan mimpi-mimpi kemerdekaan ekonominya
Musim mulai ramah, juga pada rakyat kecil seperti dirinyanya ...
Ia mulai menghitung jumlah demi jumlah yang harus diselesaikannya dalam Jatuh tempo
Dengan alat penghitung yang Ia buat dari lidi serpihan sapu petugas taman kota
Dan memang tertutuplah lubang yang sudah lama memberikan beban hidup “dalam hitungannya”
Tidak meleset Gumamnya ...!
Sebagian sisanya akan aku gunakan mengganti seperempat dinding rumah bambuku yang sudah susah untuk ditambal karena saking banyaknya tertebar disana-sini.
Tiga perempat dinding rumahnya Ia anggap masih layak dipakai, walau harus ditambal dengan plastik bekas bungkus Piza juragan Carmat.
Seorang perempuan cantik lewat dipamatang ladangnya
”Aki .., lagi kecapaian ...?” tanya perempuan ini ketika mulai mendekat dan berhenti untuk mengajaknya bicara.
”Ah ... Cuma sekedar istirahat, sebelum pulang kerumah ..” jawabnya ”Neng mau kemana ...?”
Mau pulang, tapi sambil lihat-lihat lewat ladang Ki ..., wah kayaknya hasilnya bagus ya Ki...?
”Mudah-mudahan neng ...!, karena tidak gampang ..?, yang diperlukan adalah Cinta dan Bawang merah neng ..”
Maksud aki ...? Cinta ....? Bawang merah ...? emang Cinta itu Bawang Merah Ki ...?
Siiip..., Jempol Aki diacungkan tanda menyetujui pernyataan itu .....
Ya enggak dong Ki .., Cinta ya cinta..., Bawang merah ya bawang merah.... .
”Maksud Aki mengupas Cinta, sama juga dengan mengupas bawang merah neng”
Tapi Ki....., lalu kalau aku cinta sama suamiku, berarti aku cinta sama bawang merah gitu ...?
Gini neng ..., kau tahu bawang merah ... ?
Ya ...?
”Pernah mengupasnya ...?”
Hampir tiap hari ... kecuali kalau tidak memasak.!
”Kulit paling atas warnanya hapal kan ...?”
Iya Ki..?
”Trus kupas kulit berikutnya, warnanya apa ...?”
Semakin memudar merahnya, bahkan semakin memutih dan ... , kalau diteruskan mengupasnya ...!? tidak ada apa-apanya lagi ...
”Ingat neng, saat mengupas jangan terlalu dekat, karena bisa memedihkan mata..!, Makanya Cinta itu Bawang merah...!” lalu lanjutnya ...
”Saat cintamu pada suami datang ... itu hanya kulit luarnya, harus kau cari cinta yang lebih di dalam pada kulit berikutnya .., dan begitu seterusnya ....., sampai suatu saat Kau ”Tidak Temukan Apapun” yang pantas kau cintai, yang ada pada suamimu, kecuali cinta ”SEJATIMU” pada Yang Maha Memiliki .......
”SANG PEMILIK”
28 Februari 2000
Republish ; Jatinangor, 13 januari 2010
Created by : Thipluks Adinegoro
Terang mulai meredup …..
Cahaya hari berganti warna
Cerahnya mulai surut …..
Tadinya merah senja menjadi jingga merona …
Aki “thipluks” yang seharian lelah membajak ladang, menyeka keringat dan debu sekujur tubuhnya
Kerut disekitar dahi dan wajah terlihat jelas tergurat, membentang garis panjang bagai pedang lelahnya
Pandangan matanya berbinar menyapu ladang garapan yang mulai bersemai
Bibirnya bergumam, tapi tak tersirat apa yang diungkap ...
Dalam hatinya bersyukur ”mudah-mudahan panen kali ini memberikan kesempatan istirahat yang banyak buatku dan menikmati apa yang didapat, untuk disyukuri …”
Dadanya membusung, Ia bangga … sawah yang Ia sewa dari simpanan yang tersisa, ternyata memberikan harapan dan mimpi-mimpi kemerdekaan ekonominya
Musim mulai ramah, juga pada rakyat kecil seperti dirinyanya ...
Ia mulai menghitung jumlah demi jumlah yang harus diselesaikannya dalam Jatuh tempo
Dengan alat penghitung yang Ia buat dari lidi serpihan sapu petugas taman kota
Dan memang tertutuplah lubang yang sudah lama memberikan beban hidup “dalam hitungannya”
Tidak meleset Gumamnya ...!
Sebagian sisanya akan aku gunakan mengganti seperempat dinding rumah bambuku yang sudah susah untuk ditambal karena saking banyaknya tertebar disana-sini.
Tiga perempat dinding rumahnya Ia anggap masih layak dipakai, walau harus ditambal dengan plastik bekas bungkus Piza juragan Carmat.
Seorang perempuan cantik lewat dipamatang ladangnya
”Aki .., lagi kecapaian ...?” tanya perempuan ini ketika mulai mendekat dan berhenti untuk mengajaknya bicara.
”Ah ... Cuma sekedar istirahat, sebelum pulang kerumah ..” jawabnya ”Neng mau kemana ...?”
Mau pulang, tapi sambil lihat-lihat lewat ladang Ki ..., wah kayaknya hasilnya bagus ya Ki...?
”Mudah-mudahan neng ...!, karena tidak gampang ..?, yang diperlukan adalah Cinta dan Bawang merah neng ..”
Maksud aki ...? Cinta ....? Bawang merah ...? emang Cinta itu Bawang Merah Ki ...?
Siiip..., Jempol Aki diacungkan tanda menyetujui pernyataan itu .....
Ya enggak dong Ki .., Cinta ya cinta..., Bawang merah ya bawang merah.... .
”Maksud Aki mengupas Cinta, sama juga dengan mengupas bawang merah neng”
Tapi Ki....., lalu kalau aku cinta sama suamiku, berarti aku cinta sama bawang merah gitu ...?
Gini neng ..., kau tahu bawang merah ... ?
Ya ...?
”Pernah mengupasnya ...?”
Hampir tiap hari ... kecuali kalau tidak memasak.!
”Kulit paling atas warnanya hapal kan ...?”
Iya Ki..?
”Trus kupas kulit berikutnya, warnanya apa ...?”
Semakin memudar merahnya, bahkan semakin memutih dan ... , kalau diteruskan mengupasnya ...!? tidak ada apa-apanya lagi ...
”Ingat neng, saat mengupas jangan terlalu dekat, karena bisa memedihkan mata..!, Makanya Cinta itu Bawang merah...!” lalu lanjutnya ...
”Saat cintamu pada suami datang ... itu hanya kulit luarnya, harus kau cari cinta yang lebih di dalam pada kulit berikutnya .., dan begitu seterusnya ....., sampai suatu saat Kau ”Tidak Temukan Apapun” yang pantas kau cintai, yang ada pada suamimu, kecuali cinta ”SEJATIMU” pada Yang Maha Memiliki .......
”SANG PEMILIK”
28 Februari 2000
Republish ; Jatinangor, 13 januari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar