ADA-ADA AJA
Dua sahabat asyik bercengkerama tentang nostalgia mereka sewaktu di SMA, mereka sudah lama tidak ketemu, keduanya sama-sama orang sibuk. Sewaktu SMA mereka ini adalah Sohib Karib.
Dimana ada Ayi, disitu pasti ada Amin, sehingga mereka sering disebut sebagai Duo. Ayi yang seorang Pejabat setingkat Deputi di salah satu departemen ini, adalah seorang pria keturunan Sunda-tionghoa sehingga kulitnya putih berambut lurus, sedangkan Amin adalah seorang Arsitektur di ibukota, yang mempunyai perusahaan properti besar, dan sukses di level nasional, adalah keturunan Jawa-papua, kulit warnanya coklat gelap, berambut sedikit Ikal, orang bilang mukanya pas-pasan, tidak ganteng, juga tidak jelek.
Persahabatan mereka begitu dekat, kompak, humoris. Sehingga pada suasana apapun, bila ada pertemuan kelas atau kegiatan apapun, tanpa mereka, suasana kurang gelak tawa.
Suatu hari setelah 25 tahun, sekolah tempat mereka menimba ilmu, mengadakan Reuni besar-besaran, Yang hadirpun begitu melimpah, ada pejabat yang bekas menteri, ada pengusaha yang masih sukses, dan berbagai tingkatan, rasanya Reuni macam ini akan menjadi ajang yang tak mungkin dilewatkan begitu saja, apalagi waktunya adalah libur besar nasional.
Setelah berbagai acara seremonial resmi mereka ikuti, keduanya lalu memisahkan diri dari rombongan.
Salah satu percakapan mereka adalah begini:
Amin “Jadi kamu sekarang sudah Deputi Yi ?” tanya Amin
Ayi ”Ooh iya dong, pengabdian terhadap bangsa, tapi terimakasih juga min, tanpa memo Babemu, mana mungkin aku posisinya seperti sekarang”
Amin kembali mengingat-ingat saat dimana Ayi, merengek-rengek membawa konsep surat rekomendasi yang ia bikin sendiri kepadanya, lalu menyarankan agar Babe Amin menandatanganinya, agar seolah-olah Ayi betul-betul dibutuhkan di pusat, sehingga dengan surat itu akan memudahkan proses pengajuan mutasinya ke tanah Jawa. Karena Ia merasa kerja di Sorong itu jauh dari tanah jawa. Ini terjadi kurang-lebih lima tahun yang lalu. Berkat memo itu, akhirnya tidak hanya memudahkan mutasi, akan tetapi bahkan mampu melicinkan karir.
Ayi ”Makanya saya siap membantu apapun yang aku mampu, kalau perlu Sebuah Rumah akan kusiapkan, untukmu”
Amin tidak menjawab, ia hanya terbahak ” Ha..ha.. ha.. ha.. ha.. ha.. ha..”
Amin ”Tidak usah kau kasih aku apa-apa, do’ain aja”
Ayi ”Kalau hanya Do’a, apa susahnya min?”
Amin ”Justru itu yang sudah lama aku pikirkan, ketika aku mendengar tentang kesuksesanmu itu berkat surat sakti dari Babeku?”
”Oke!, mulai besok aku mau do’a kan kamu Min.” Jawab Ayi ringan.
”Tapi, ngomong-ngomong, apa nih yang harus aku Do’akan untukmu?” lanjut Amin.
”Mau Do’ain orang aja masih nanya?, Dasar Pejabat!” gurau Amin. ”Yaaa... semua hal aja, kamu doa’in untukku” celetuk Amin.
"Bukan begitu Min, Do’a yang terlalu banyak itu tidak akan bisa Khusyu, tahu” timpal Ayi
”Kalau kamu keberatan, Gini aja deh”. Kata Amin sambil menggeserkan letak duduknya agak menjauh dari Ayi, lanjutnya ”Satu Do’a aja untukku setiap kali kamu habis sholat subuh, Oke!?”
”Siap!” jawab Ayi tegas
”Aku tidak akan minta Do’a padamu yang aneh-aneh deh, cukup satu Do’a saja”. Kata Amin
”Do’a apaan itu Min?” Kembali Amin bertanya
”Do’kan agar apa yang kamu punya, dikembalikan padaku semua!, titik!. terimakasih Yi"!. kata amin ngakak.
Dua sahabat asyik bercengkerama tentang nostalgia mereka sewaktu di SMA, mereka sudah lama tidak ketemu, keduanya sama-sama orang sibuk. Sewaktu SMA mereka ini adalah Sohib Karib.
Dimana ada Ayi, disitu pasti ada Amin, sehingga mereka sering disebut sebagai Duo. Ayi yang seorang Pejabat setingkat Deputi di salah satu departemen ini, adalah seorang pria keturunan Sunda-tionghoa sehingga kulitnya putih berambut lurus, sedangkan Amin adalah seorang Arsitektur di ibukota, yang mempunyai perusahaan properti besar, dan sukses di level nasional, adalah keturunan Jawa-papua, kulit warnanya coklat gelap, berambut sedikit Ikal, orang bilang mukanya pas-pasan, tidak ganteng, juga tidak jelek.
Persahabatan mereka begitu dekat, kompak, humoris. Sehingga pada suasana apapun, bila ada pertemuan kelas atau kegiatan apapun, tanpa mereka, suasana kurang gelak tawa.
Suatu hari setelah 25 tahun, sekolah tempat mereka menimba ilmu, mengadakan Reuni besar-besaran, Yang hadirpun begitu melimpah, ada pejabat yang bekas menteri, ada pengusaha yang masih sukses, dan berbagai tingkatan, rasanya Reuni macam ini akan menjadi ajang yang tak mungkin dilewatkan begitu saja, apalagi waktunya adalah libur besar nasional.
Setelah berbagai acara seremonial resmi mereka ikuti, keduanya lalu memisahkan diri dari rombongan.
Salah satu percakapan mereka adalah begini:
Amin “Jadi kamu sekarang sudah Deputi Yi ?” tanya Amin
Ayi ”Ooh iya dong, pengabdian terhadap bangsa, tapi terimakasih juga min, tanpa memo Babemu, mana mungkin aku posisinya seperti sekarang”
Amin kembali mengingat-ingat saat dimana Ayi, merengek-rengek membawa konsep surat rekomendasi yang ia bikin sendiri kepadanya, lalu menyarankan agar Babe Amin menandatanganinya, agar seolah-olah Ayi betul-betul dibutuhkan di pusat, sehingga dengan surat itu akan memudahkan proses pengajuan mutasinya ke tanah Jawa. Karena Ia merasa kerja di Sorong itu jauh dari tanah jawa. Ini terjadi kurang-lebih lima tahun yang lalu. Berkat memo itu, akhirnya tidak hanya memudahkan mutasi, akan tetapi bahkan mampu melicinkan karir.
Ayi ”Makanya saya siap membantu apapun yang aku mampu, kalau perlu Sebuah Rumah akan kusiapkan, untukmu”
Amin tidak menjawab, ia hanya terbahak ” Ha..ha.. ha.. ha.. ha.. ha.. ha..”
Amin ”Tidak usah kau kasih aku apa-apa, do’ain aja”
Ayi ”Kalau hanya Do’a, apa susahnya min?”
Amin ”Justru itu yang sudah lama aku pikirkan, ketika aku mendengar tentang kesuksesanmu itu berkat surat sakti dari Babeku?”
”Oke!, mulai besok aku mau do’a kan kamu Min.” Jawab Ayi ringan.
”Tapi, ngomong-ngomong, apa nih yang harus aku Do’akan untukmu?” lanjut Amin.
”Mau Do’ain orang aja masih nanya?, Dasar Pejabat!” gurau Amin. ”Yaaa... semua hal aja, kamu doa’in untukku” celetuk Amin.
"Bukan begitu Min, Do’a yang terlalu banyak itu tidak akan bisa Khusyu, tahu” timpal Ayi
”Kalau kamu keberatan, Gini aja deh”. Kata Amin sambil menggeserkan letak duduknya agak menjauh dari Ayi, lanjutnya ”Satu Do’a aja untukku setiap kali kamu habis sholat subuh, Oke!?”
”Siap!” jawab Ayi tegas
”Aku tidak akan minta Do’a padamu yang aneh-aneh deh, cukup satu Do’a saja”. Kata Amin
”Do’a apaan itu Min?” Kembali Amin bertanya
”Do’kan agar apa yang kamu punya, dikembalikan padaku semua!, titik!. terimakasih Yi"!. kata amin ngakak.
Create by:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar